Jumat, 06 Mei 2011

Mendidik diri..

Kalau kita pernah ditanya oleh seseorang, pernahkah anda berjalan di atas jutaan duri yang sangat tajam tanpa memakai alas kaki sedikit

pun?Sebelum menjawab mungkin kita akan bergedik ngeri membayangkan kaki-kaki kita tertusuk banyak sekali duri yang menempel. Lalu akan terlontar dari sebagian orang, "saya hanya pernah tertusuk satu duri saja, itupun hanya duri kecil yang tak terlalu menyakitkan.

Syukurlah memang jika kita belum pernah terinjak duri yang sangat banyak karena sangat menyakitkan. Dan bersyukurlah kita kalau belum pernah terinjak duri sama sekali. Sekarang bukanlah saya mempermasalahkan ada duri atau tidaknya. Namun, saya hanya sedang mendidik diri ini bahwa sekali-kali kita perlu dirasakan sedikit sakit tertusuk duri kehidupan agar kelak kita rasakan susahnya sebuah perjalanan, sekali-kali kita butuh juga suntikan duri dari segala sisi agar terasa bagaimana rasanya komitmen dalam berbuat. Sesekali kita butuh juga cubitan kehidupan agar kita rasakan bahwa hidup tak hanya sekehendak kita. Yah..inilah yang ingin saya sampaikan untuk mendidik diri ini. Mendidik diri yang masih sangat butuh didikan. Apalagi terasa saat duri-duri itu ada di seluruh tubuh ini. Saya sedang menyiapkan imun-imun itu dari dalam diri ini agar satu-satu terlepas juga ia..

gambar: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=900615&page=51

Dunia Imajiner..



Terbang menuju lintasan semu mengejar semua kesenangan yang tak abadi, kemudian sibuk hilir mudik mempertontonkan kesia-sia an dengan semua kemewahan, tak lah bisa ku terima dengan akal dan hati ini. Walau tarikan kutubnya sungguh kuat karena ada perbedaan jenis yang sangat berlawanan, seperti dua kutub magnet yang Utara dan Selatan saling tarik menarik.

Kutub kemewahan tanpa batas dengan segala variasi duniawi yang hambar tak berenergi, kutub-kutub itu telah kiat kuat sampai sangat susah melepaskannya. Tapi bagi ku tetaplah sebuah dunia imajiner tak punya warna. Hanya hitam dan putih, bagi mereka ntah lah..hanya dunia imajiner yang sangat tak bermanfaat.

Refleksi pantulan alami manusiawi yang seakan telah terkikirs sebuah asa ketenangan, asa kebahagiaan, asa kemanfaatan, pertama dan seterusnya tetaplah yang kupandangi ini hanya sebuah dunia imajiner namun terjadi..

Kamis, 05 Mei 2011

Bahagiakah?

Sebuah perjalanan tak kan pernah habis selama nyawa masih di badan, kebahagiaan yang seperti apakah yang hendak kita inginkan?Aku masih terpekur lama sekali, meresapi arti bahagia itu, ntah aku meragukan kebahagiaan atau malah aku lupa kapan aku terakhir kali bisa tertawa lepas, kapan aku bisa tersenyum penuh hangat?

Itu setidaknya kata-kata yang terucap untuk mengukur sebuah rasa bahagia, bahagia hanya bisa dirasakan saat kita tak lagi bahagia, atau kita sudah lupa bagaimana yang bahagia itu. Campur aduk sudah jika tak bisa merefleksikannya. Bisa jadi sebuah kebahagiaan tak pernah kita dapatkan jika kita tak pernah membangun sebuah impian kebagiaan itu. Saya teringat sebuah kata-kata dari seorang penulis Zohra Sarwari, MBA "Jika anda belajar dari setiap pengalaman, Anda sedang bergerak menuju kesuksesan"..Yup..terjawab sudah, kadang kita lupa mempelajari setiap pengalaman, bahkan untuk pengalaman kita sendiri, lupa juga untuk kilas balis, sehingga kadangkala kesalahan terlakukan lebih dari dua kali. Tidaklah untuk belajar dari pengalaman orang lain, kita hanya habis memikirkan bahagia itu, namun tak ada aksinya. Saya sedang tak banyak berpikir namun kita semua dihadapkan akan sebuah realita bahwa kita ingin sekali bahagia, tapi belum jua sampai pada kebahagiaan disebabkan kita belum punya cara untuk raih bahagia, kita punya jalan tapi tak punya cara. Kapan bahagianya?kita bergerak saja untuk sebuah kesuksesan sembari mengejar mimpi yang sudah ada..

(Gambar:aku ambil saat magrib menjelang di jalan menuju kota ku, saat aku menggoreskan banyak impian dalam memoriku, saat pikiran ku beradu dengan cahaya rona merah yang ditangkap bayangan di bawahnya..indah bagi ku..namun belum bahagia..bahagia?)

Selasa, 03 Mei 2011

Berbagi Mimpi..

Satu potong roti itu masih saja terbungkus dengan plastik bening yang rapi, lelaki tua yang berdiri di ujung jalan ini masih sibuk memperhatikan setiap orang yang lewat di trotoar sebelah halte tersebut. Aku tepat duduk tepat sejajar di ujung jalan sebelah sana. Kadang aku suka sedikit mencari sesuatu yang membuat ku bisa sedikit mengambil hikmah disetiap perjalanan ini. Panas daerah kota yang membuat peluh para pengguna jalan sudah mulai menetes dari kening mereka, banyak ibu-ibu muda menggunakan payung sepagai pelindung dari panas terik siang menjelang sore kali ini. Aku masih saja duduk di halte menunggu jemputan datang, bukan jemputan tepatnya namun keluarga ku yang kebetulan lewat disana sehingga jadilah aku siap untuk menunggu barang sejam karena sekalian ada keperluan yang akan diurus.
Lelaki tua itu masih saja mengamati setiap mengunjung jalan yang bagi ku ternyata mengundang rasa ingin menyapa sang lelali tua. Bisalah jika hanya untuk berbicara sebentar. Ku ayunkah langkah menuju lelaki tua yang tepatnya seumuran kakek ku, ku sapa dengan sopan sambil ku ambil posisi duduk tak jauh darinya. Dengan hangat ia sambut sapaan ku, serta merta dari mulutnya langsung keluar banyak kata-kata, sehingga aku dengan setia harus medengarkannya. Beliau berkata-kata tentang sebuah mimpi, mimpi yang terus mengalir dari ucapannya seraya binar mata yang tak lepas dari sorot mata tajamnya.

" Mimpi yang bagi ku seperti cahaya dalam malam,
seperti bungkusan roti ini ini yang akan ku serahkan pada cucu ku,
seperti cinta ku yang tak akan pernah pupus untuk sebuah harapan,
seperti kegigihan ku untuk tetap menjaga kesehatan ku,
seperti kecintaan ku pada pemilik tubuh ku ini,
Aku yang tua dengan sejuta mimpi,
seperti kegigihan umar untuk selalu membahagiakan rakyatnya,
walau aku bukanlah manusia hebat,
hanya seorang tua yang punya mimpi besar,
mimpi yang sangat dalam,
sedalam kasih Allah pada hambanya,
sedalam indahnya dasar samudra,
Aku hanyalah tua yang punya mimpi itu,
karena sebagian mimpi telah ku raih,
mimpi-mimpi keduniaan ku,
semuanya telah ku dapatkan,
dan kini aku punya mimpi akhirat untuk mencium wangi surgaMu..
dan untuk selamanya menetap di surgaMu.."

Aku masih saja setia mendengar kata-kata dari mulutnya dan selajutnya dia terus bercerita dengan penuh semangatnya walau renta telah di ujung waktunya. Bagi ku cukuplah membuktikan bahwa kita punya mimpi untuk terus mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi nyata dan bersinar terang..

Minggu, 01 Mei 2011

Idealisme tanggung jawab..

Berpikir rasional kadang membuat kita lupa memikirkan sesuatu hal, perlu juga memang itu berpikir kembali bahwa sebuah idealisme tanggung jawab tak hanya bisa diucapkan dengan kata-kata, perlu realisasi yang mendalam akan sebuah kenyataan. Tanggung jawab disini tak hanya sebatas sebuah amanah, ada banyak tanggung jawab, seperti untuk mengatakan "ya"atau "tidak" tanpa kita sadari banyak sekali tanggung jawabnya. 

Tanggung jawab misalnya, ketika berpacu dengan waktu untuk mengutamakan sebuah rasa tanggung jawab tetapi kadangkala ada beberapa dari kita mengabaikan arti tanggung jawab, ibarat sebuah diskusi, jika hanya dilakukan oleh satu orang bukanlah diskusi namanya, begitu juga waktu, jika hanya tanggung jawab tanpa realisasi ia hanya sebuah dedikasi tanpa makna. 

Sulit memang untuk memurnikan sebuah tanggung jawab yang seutuhnya karena ketika satu pihak berusaha untuk bertanggung jawab penuh namun satu pihak lagi atau lebih malah menganggap remeh sebuah tanggung jawab, misal sebuah tanggung jawab moral seorang orang tua terhadap anaknya, terkesan sederhana namun sangat dalam maknanya. Misal, dalam hadits jelas sekali, jika anak telah berumur tujuh tahun maka suruhlah sholat, jika suda umur sepuluh tahun, jika ia tidak sholat maka pukullah, jelas sekali bukan. Tetapi banyak orang tua kita saksikan tak peduli akan sebuah tanggung jawab moral ini, tak tega untuk memerintahkan anak sholat, sudah dewasa malah tambah sulit untuk menjalankannya. Sebuah tanggung jawab yang sangat gampang dikatakan namun sulit untuk direalisasikan. Yah..semoga saja karena semua muara tanggung jawab akan berakhir sebuah reaksi..